Mengumpulkan mahasiswa yang belum saling kenal untuk bekerja
dalam satu tim selama dua hari (20-21 November) secara live in di kawasan
huntap Cangkringan, Sleman bukanlah pekerjaan mudah. Diawali dengan mengundang
mahasiswa melalui sebuah media sosial. Tidak seperti yang dibayangkan
sebelumnya, ternyata animo mahasiswa yang ingin mendaftar sangat tinggi hingga
berjumlah 42 orang, sementara yang dibutuhkan hanya 15 orang reporter.
Waktu yang sangat pendek untuk melakukan seleksi (kurang dari
sebulan) tidak mengurungkan tekad Swara Kampus membentuk Tim Ekspedisi
Reportase untuk yang pertama kali. Pendaftar diseleksi berdasarkan kiriman
contoh hasil liputan/tulisan ke alamat email swaka, dan hingga batas waktu yang
sudah ditetapkan terpilihlah 15 orang anggota tim.
Mahasiswa yang tergabung berasal dari beragam daerah yakni DIY,
Jateng dan Jatim. Anggota tim terdiri dari: Anisa Alfi Nur Fadilah (UNISBA –
Blitar), Susi Lestari (UNNES – Semarang), Dian Nurhayati (Vokasi UGM), Nani Kurniasih
(UIN Yogyakarta), Melawati Nur Kamilah (Vokasi UGM), Listi Wulandari (Vokasi
UGM), Muhammad Rifqi Afdillah (Vokasi UGM), Risma Dewi Purwita (UPY), Ofirisa
Utami (UST Yogyakarta), Vikra Alizanovic (UGM), Ilmiyanti (UMY), Rema Apriiawan
(UMY), dan Ali Akbar (UMY).
Tahap berikutnya segera menyiapkan pembekalan dengan tujuan
untuk pembagian tugas dalam sebuah team work, mengenal lokasi dan kontens serta
memahami tugas-tugas di lapangan. Dengan cepat anggota tim saling berinteraksi
akrab karena penugasan peliputan dibagi ke dalam lima kelompok sesuai dengan
topik masing-masing. Persiapan telah dilakukan dan Tim mulai bergerak pada
Kamis (20/11) pagi menuju lokasi Huntap Pagerjurang.
Ternyata tidak semua anggota pernah melakukan peliputan kawasan
semacam ini. Enggar dan Listi mengaku sedikit minder kepada anggota lain yang
dianggapnya sudah sering membuat tulisan hasil liputan semacam ini, “Kami masih
harus banyak belajar dari teman-teman di Swara Kampus,” ujar Listi. Sebaliknya
bagi Susi dan Anisa meski mengaku hobi menulis namun mereka menyadari sebagai
mahasiswa luar daerah mereka tidak begitu menguasai medan, “Baru datang tadi
malam dari Blitar langsung berangkat ke lokasi, perlu penyesuaian cuaca,” ucap
Anisa sambil tersenyum, “Saya malah hampir tidak bisa sampai Yogya karena
sulitnya kendaraan umum dari Semarang,” tambah Susi.
Perjalanan ditempuh kurang lebih setengah jam melalui jalan
menanjak dan masih tampak rerimbunan hijau pohon mahoni. Tiba di lokasi anggota
tim langsung menyebar guna melakukan observasi dan juga mengejar narasumber
untuk wawancara. Berbekal semangat serta keterampilan para reporter bergerak
cepat dari satu titik ke titik yang lain. Tim baru berhenti “berburu” berita
saat sore menjelang, dan seluruh anggota tim berkumpul melakukan evaluasi
bersama, sharing, saling memberi masukan, serta menambah informasi. Beberapa
masalah yang ditemui di lapangan pun disampaikan untuk dibahas berasama dan
dicarikan penyelesaiannya.
Saat malam hingga larut beberapa liputan masih dilakukan (tidak
jarang harus menempuh jalan yang licin, sulit dan berbahaya akibat sisa lahar
dingin). Sebagian melakukan diskusi kecil dengan kelompoknya dan sebagian lagi
ada yang sudah mulai membuat kerangka tulisan atau sekedar mengetik “catatan
kecil” selama peliputan. Komunikasi tetap dilakukan satu sama lain, bahkan
bercanda atau jalan-jalan bersama kadang menjadi aktivitas yang bisa
menghilangkan tekanan karena mengejar deadline yang hanya diberikan waktu
selama dua hari. Kompak, akrab dan saling membantu merupakan kunci dari kerja
tim ekspedisi, termasuk saat istirahat malam rela berdesakan di sebuah rumah
pondokan kecil dan hanya beralas tikar tipis.
Kesemua anggota mengaku merasa betah berada di lokasi huntap
Cangkringan karena suasananya yang nyaman dengan udara sejuk serta
masyarakatnya ramah-ramah. Tidak kalah penting dalam tim sendiri suasana
kekeluargaan semakin terasa, karena baru kenal dan berasal dari daerah berbeda
sehingga banyak cerita dan pengalaman yang bisa mereka share, “Senang bertemu
dengan teman-teman baru dalam tim. Mereka lucu-lucu tapi juga hebat-hebat,
menyenangkan deh pokoknya bisa menambah saudara dan pengalaman,” cerita Nani.
Pada akhirnya tugas peliputan merupakan ajang untuk saling
belajar, karena banyak hal baru yang bisa ditemukan baik saat melakukan
observasi maupun wawancara. Hal yang paling bisa dijadikan sebuah pelajaran
bahwa apapun bisa dilakukan sepanjang ada rasa saling membutuhkan serta
semangat kebersamaan. Menghuni sebuah kawasan baru dalam jumlah besar tentu
membutuhkan adaptasi dan perubahan kebiasaan maupun pola pikir. Warga huntap di
Cangkringan berjuang untuk itu, berjuang demi hidup dan kehidupan anak cucu
mereka kelak. Petualangan Tim Ekspedisi Swara Kampus KR pun berakhir sementara
dan bersiap untuk tugas peliputan baru di sebuah kawasan baru.
Dari Lembah Merapi
Pagerjurang, Cangkringan - Sleman.
(Tim Ekspedisi Swara Kampus KR)